Catatan Kecil 2 ke-6



Menata niat kala netra kembali terbuka sehingga dapat melihat segala nikmat dan otak mengingat semuanya. Mulai berbenah diri kembali  dan niatkan hal yang baik lalu kerjakan jikalau ada suatu halangan setidaknya niat yang baik sudah tercatat sebagai suatu pahala. Jangan dongkol jika tinggal selangkah namun semua batal, ingat! Sedari awal sudah ada niat, bukan? Untuk apa menyesali yang gagal? Toh semua tidak akan terulang lagi.
Setiap orang memiliki hak dan tiak bisa digugat keberaaanya. Bagaimana jika hak pribadi diperlakukan lancang oleh orang lain? Sakit hati? Pasti!
Memang mungkin seseorang tidak bermaksud lancang dan menganggap itu sebagai hal biasa, tapi penilaian tersebut berbeda dengan kita yang menempatkan sebuah hak sesuai tempatnya. Bisa jadi menurut kita hal itu suatu kelancangan  sebab mendahului kewenangan atas kepemilikan suatu hal, mungkin. Kadang seseorang melakukan suatu hal yang kurang baik tapi dianggap wajar dan itu sudah menjadi kebiasaan serta ia tidak mencoba pada posisi orang lain hingga ia merasakan bagaimana perasaan orang tersebut.
Izin adalah suatu pelicin keikhlasan seseorang, tapi bagaimana jika itu terucap setelah bertindak lancang atas kepemilikan kita? Dengan terpaksa akan mengatakan “ya” meskipun agak dongkol ttapi toh mau bagaimana lagi? Berkata tidakpun percuma, sebab semua sudah terlanjur. Hanya bisa mencoba mengikhlaskan , tapi bagaimana jika itu berulang-ulang terjadi? Sangat membosankan, menjengkelkan, bukan?
Belajar ikhlas memang sulit dan sepertinya Tuhan senantiasa memberi cobaan dan ujian dalam belajar setiap hal. Mungkiin ini adalah cara  Tuhan menguji seberapa besar keikhlasan kita dan kesungguhan dalam belajar ikhlas? Dan terkadang harus berterima kasih secara tidak langsung pada mereka yang menyebalkan dan menjengkelkan sebab dari mereka kita bisa memperoleh pelajaran lain yang tidak semua orang bisa mendapatkannya.

Komentar

Postingan Populer