Duta Literasi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Pendidikan merupakan
tugas setiap orang yang lebih tahu di bidangnya, proses pendewasaan untuk lebih
baik, itu pengertian pendidikan secara mudah. Lalu, bagaimana dengan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia? Apakah hanya tugas para pendidik bahasa Indonesia
saja? Tentu saja iya, sebab hanya mereka yang mengusai dan memiliki pengetahuan
di bidang ini.
Bagaimana wajah
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia saat ini, di Universitas Trunojoyo,
khususnya? Merangkak, berjalan, berlari, itulah proses pertumbuhan di ranah
ini. Sebuah kelahiran memang melalui sebuah proses dan proses yang baik akan menumbuhkan
hasil yang baik pula. Berawal dari titik nol untuk mencetak generasi pendidik
bahasa dan sastra Indonesia.
Lahirnya dunia
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia hingga dalam perkembangannya tidak dapat
dipisahkan dari dunia literasi sebab keduanya adalah kesatuan, tidak mungkin
dipisahkan. Menggali berbagai potensi, merangkai cerita, dan berada di garis
depan sebagai tokoh penggerak bahasa Indonesia di zaman ini. Literasi merupakan
aktivitas yang tidak biasa, sebab di dalamnya ada dunia lain, bahkan kita bisa
menciptakan sebuah dunia yang berbeda di dalamnya.
Tugas seorang pendidik
memang mendidik, namun sebelum para pendidik terjun ke ranah pendidikan yang
sebenarnya mereka terlebih dahulu diibaratkan sebuah persembahan yang
dimasukkan kawah candradimuka sebelum dipersembahkan. Sebelum para pendidik
mengabdikan diri dan mengajarkan berbagai pengetahuan pada anak didik ia
terlebih dahulu belajar dan mengasah kemampuan.
Begitu juga dengan para
calon guru Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, kita tidak hanya mengajar
sebatas apa yang ada dalam buku, menambah pengetahuan lain yang berkaitan yang
diperoleh dari sumber lain itupun sangat baik. Sebelum mengajarkan literasi
pada anak didik alangkah baiknya dan suatu keharusan kita menguasai bidang itu.
Mengembangkan potensi literasi di dunia Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
kita tidak hanya memberi pengarahan dan menyuruh saja, melainkan kita sendiri
harus terjun langsung dan memberi contoh sehingga mereka sadar dan tergugah
hatinya untuk ikut serta, pengajaran melalui contoh dan tindakan langsung itu
lebih baik daripada melalui ucapan saja.
Pengembangan literasi
terlebih dahulu kita yang melakukan sebagai para calon pendidik dan menjadi
duta literasi bagi para anak didik kelak, seperti senantiasa menyuguhkan bacaan
dan tulisan karya pribadi dalam pembelajaran. Contohnya dalam materi puisi,
cerpen, pantun, dan lain-lain kita tidak mengandalkan contoh dari buku, tapi
kita mencari ide kreatif lain dengan membuat karya sendiri hingga dengan
sendirinya mereka akan tertarik dan ingin belajar sehingga lama kelamaan akan
mencintai dunia literasi. Contoh lain, menceritakan bahwa dengan menulis
seseorang bisa menjadi apa yang dikehendaki, seolah-olah menjadi tuhan kedua
bagi dunianya, menarik, bukan? Menunjukkan juga bahwa dunia literasi sangat
menarik memiliki banyak manfaaat. Meskipun demikian, tidak menghilangkan tujuan
awal, yaitu untuk mengembangkan literasi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, membaca, menulis, dan tidak menyingkirkan unsur bahasa dan satra
Indonesia. Mengajarkan bahasa Indonesia yang baik dan dunia sastra yang sangat
menarik.
Jika anak didik mencintai literasi,
dengan sendirinya mereka akan menyukai bahasa dan sastra Indonesia sebab hal
itu adalah kesatuan.
Seperti
itulah dunia pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, sebelum berjuang harus
mempersiapkan diri sendiri dalam langkah perjuangan. Sebelum mengajarkan dan
mencoba mengembangkan literasi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia maka
harus menjadi duta literasi Bahasa dan Sastra Indonesia terlebih dahulu. Proses
pengembangan yang tidak hanya melalui teori tetapi contoh dan tindakan secara
langsung.
Komentar
Posting Komentar