Pancasila di Peradaban Ini






Garuda Pancasila aku lah pendukungmu
Patriot proklamasi sedia berkorban untukmu.

Ya, itulah lagu  yang sangat lekat bau ideologi kebangsaan  yang sudah dihapal anak usia TK hingga SD  disertai dengan semangat menggebu dalam menyayikan.
Dulu, sayapun juga begitu sambil memikirkan makna terkandung di dalamnya.
Sungguh mulia, "patriot proklamasi sedia berkorban untukmu". Dulu bagian ini yang paling saya suka, menjadi manusia yang bersedia berkorban.
Namun perlahan  waktu berlalu, kekecewaan mulai lahir seiring pengetahuan yang didapat berkat pembelajaran.

Entah saya yang bodoh ataukah zaman yang menjadikan manusia Indonesia bodoh, makna tersebut kini hilang sama sekali.
Tak ada patriot yang sedia berkorban tanpa pamrih, kebanyakan berkorban hanya untuk golongan.

Duh, Pancasila.
Andaikata perwujudan garuda nyata, tentu dua bola mata tak hanya meneteskan air mata.
Bagaimana tidak?

Dulu untuk membuatnya lahir dibutuhkan perjuangan luar biasa namun, zaman melukainya.
Pesakitan sejak orde lama lahir, seperti kebijakan NASAKOM yang memadukan ideologi Nasionalis Agamis, dan Komunis.
Oke, Nasionalis dan Agamis dapat disandingkan dengan Pancasila, tetapi Komunis? Ia menjadi bibit penyakit yang hingga saat ini masih dapat dirasakan akibatnya.
Berlanjut orde baru, kebebasan yang sangat dikekang, kekuasaan otoriter penguasa. Kritik tajam dilarang, pembredelan media semarak dilaksanakan.
Lalu zaman menuju masa Reformasi, konflik makin tajam dan penyelesaian tak kunjung menemukan titik perdamaian.

Itu hanya sebagian kecil hal yang menjadikan pesakitan Pancasila, dan kini?
Duh, jangan ditanya lagi.
Konflik agama, golongan, juga persekutuan menambah posisi Pancasila berada dalam perselisihan dingin. Negara makin heboh dengan konflik dan posisi Pancasila dipertanyakan keberadaannya.

Ya, dipertanyakan memang. Kok bisa?
Lihat saja, kejadian yang menjadikan negeri tercinta ini heboh beberapa waktu belakangan.
Jika dulu kuartikan kecintaan akan  Pancasila tak ubahnya sajak Sapardi di Hujan Bulan Juni.


Namun kini, seperti apa kuungkap semua?
Adakah cinta yang menjadikan bangkitnya nilai Pancasila?
Sedang kini nilai manusia Indonesia banyak yang menyimpang dari norma.












Komentar

Postingan Populer