Kepada Anak-Anak Goa yang Lelah
Bahkan rumah goa penuh doa itu lama tidak disapa,
tidak ada canda dan cuap kerja.
****
Sebenarnya apa yang kita cari?
Pada perjalanan panjang seperti musafir yang
melewati dan menyusur setiap jengkal tanah garam, semuanya menjadi gambaran
betapa indahnya hidup. Kita diberikan pandangan terbuka atas segala hal.
Manusia, kita manusia goa seringkali hidup dan
dibesarkan dengan dongeng-dongeng rumah. Tentang penjaga goa, tentang sakral
doa, karma, dan imbalan baik dari ketulusan. Dalam proses yang jauh, sebelumnya
kepengkuan tidak menolak atas segala hal, namun dalam situasi yang menyadarkan
bahwa segala hal yang telah kita lakukan segera akan dibalaskan.
Menjadi manusia memang tidak mudah, sayang . Apalagi
kita hidup dengan jalur yang tidak sama dengan banyak orang. Orang-orang
tertua kita bahkan tidak pernah bosan memberikan wejangan. Percayalah, kau bisa
berusaha dengan sekeras yang kau mau, merasa paling lara dan berat namun hati
tidak bisa dibohongi, sedikit saja ketidakadilan bahkan dalam pikiranmu itu
kelak kau akan disadarkan dengan peristiwa yang kemudian membuatmu bergumam,
"oh ya! Ternyata" . Namun sialnya, ketika itu kau tidak
bisa memperbaiki lagi, bahkan kau sudah terlanjur menyesal.
Tidak, tidak ada doa buruk, sekalipun sesekali
timbul amarah akibat kepengkuan dan kerumitan. Namun, rasa sayang dan militansi
pada rumah memiliki ruang lebih besar dalam hati dibandingkan dendam dan
marah.
Mungkin sekarang sudah begitu lama kutinggalkan
rumah kecil penuh cinta dan perselisihan yang berfaedah itu, namun semakin kau
jauh, semakin kau akan sadar bahwa semuanya benar-benar ada dan pasti akan
dibalas sesuai dengan tindakanmu sebelumnya.
****
Semakin kau tua di sana, semakin akan dihadapkan
pada berbagai ujian tentang tulus dan keteguhan. Apakah kita benar-benar bisa
melewatinya dengan baik?
Seperti yang kita pelajari bersama, alam,
manusia, dan firman adalah pelajaran. Namun seringkali kita timpang, dan
tindakan tak selaras dengan pengetahuan.
Apakah
kau mengira bahwa lagu-lagu yang seringkali mengisi rumah adalah sebatas pengisi
keheningan saja?
Tentu
tidak, setelah kau benar-benar dewasa, kau menyadari bahwa dengan melalui itu
kau akan diberikan kesadaran bahwa Tuhan menitipkan pesan, pada Rumah Kaca,
Barasuara, Ari Reda, Sisir Tanah, dan Payung Teduh bahkan Silampukau.
Yang
terngiang saat kau termenung, dan mengingat saat kau mendengar kembali, tentang
yang sudah. Jalan, ujian dan pertemuan dengan banyak orang yang memberikanmu
banyak pengetahuan itu. Yang menjadi perantara belajar adil sejak dalam
pikiran.
***
Pada kitab-kitab atau puluhan catatan yang kita baca, hendaknya membawa kita menjadi
manusia yang lebih baik. Adil dan tidak curang. Percayalah, sekeras dan
seikhlas usahamu akan mendapatkan ganjaran setimpal pun sebaliknya.
Pada
catatan ini, aku menitipkan, mungkin dalam perjalanan ini lebih banyak Lelah dan
kesukaran. Namun semakin Lelah dan sukar jika hati dan pikiranmu adil, maka kau
akan mendapatkan banyak kebaikan.
Manusiawi,
jika sesekali ingin berdiam atau berlari, namun sejauh dan sedalam apapun itu,
rumah adalah tempat terbaik, sebab doa yang baik telah ditanam dan kau berhak
mendapat dan kembali dengan menjalankan kembali yang semestinya.
Komentar
Posting Komentar