Pengenalan Diri
Saya menulis ini sebagai upaya pelatihan, ya setiap orang pernah memiliki luka pada hidupnya. Entah luka semasa dalam kandungan, luka masa kecil, luka patah hati, trauma, usaha keluar dari lingkungan tidak sehat, atau apapun itu.
Saya percaya, menulis memiliki kekuatan tersendiri bagi sebagian orang untuk memulihkan atau mengembalikan bagian yang hilang dari diri. Sebuah usaha untuk menjadi manusia yang sehat, utuh, dan memiliki kekuatan. Melahirkan kembali cinta dan kasih sayang dalam diri sendiri sebelum membagi ke keluarga, partner, teman, atau lingkungan sekitar.
Ketika kita memiliki hati dan jiwa yang cukup dengan kasih sayang dan cinta, energi positif akan tersalur. Tidak menjadi sosok sumbu pendek, bertindak tegas dan memahami apa yang sebenarnya diri sendiri butuhkan.
Banyak kesempatan yang saya lewatkan, membiarkan diri dengan luka-luka yang seolah baik-baik saja, padahal jika sekarang saya sadari itu tidak berdampak baik.
Saya mulai berpikir, isu kesehatan mental adalah hal yang paling dekat bagi setiap orang. Bagaimana mengolah pikiran, emosi, atau membiarkan begitu saja. Jika ada yang berpikir ini berlebihan, itu hak anda. Setiap orang punya pilihan untuk bertindak bagaimana dan memilih jalan untuk tumbuh.
Saya memulai ini untuk sebuah perjalanan diri sendiri, jikalau ada yang membaca saya berharap bisa menjadi bagian dari berbagi kisah. Jika ada yang relate, mungkin kita berada di fase yang sama. Ingin menyembuhkan dan menjadi pribadi yang lebih baik, tanpa luka lama sehingga ke depan bisa menjalani hidup dengan lebih ringan.
Mungkin kedepannya tulisan-tulisan ini akan bertema acak, sesuai apa yang mengganjal dan menarik bagi diri saya. Bisa dari sekitar, karena sekali lagi ini adalah latihan dan treatment bagi diri saya sendiri. Sudah lama sekali tidak berbagi catatan harian di halaman publik, setidaknya ini bisa menjadi sharing dan pembelajaran bagi saya sendiri.
Salam hangat
Jika diperkenankan untuk berkomentar, saya lebih suka menekankan pada 'luka'. Suatu kondisi yang tidak mengenakkan tentunya dan kadang malah memperburuk keadaan. Lalu, kita ingin itu semua segera berlalu namun kenyataannya, semakin mencoba untuk tidak dipikirkan malah kepikiran. Biar begitu, ada sisi positif yang terkadang tak disadari. Pertama, tidak ada cara atau malah ialah satu-satunya cara agar kita memahami apa arti sembuh. Luka itu hadir sebagai intervensi bahwa ada atau sekiranya butuh sesi utk kita merenungi dan mencari arti secara mendalam tentang hidup ini. Menginternalisasi dari esensi kehidupan dari perspektif realistis. Sekian terima kasih.
BalasHapus